Jumat, 01 Juni 2012

KLASIFIKASI CITRA

Klasifikasi citra merupakan proses yang berusaha mengelompokkan seluruh pixel pada suatu citra ke dalam sejumlah class (kelas), sedemikian hingga tiap class merepresentasikan suatu entitas dengan properti yang spesifik (Chein-I Chang dan H.Ren, 2000). Klasifikasi citra menurut Lillesand dan Kiefer (1990), dibagi ke dalam dua klasifikasi yaitu klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification). Pemilihannya bergantung pada ketersediaan data awal pada citra itu. Proses pengklasifikasian klasifikasi terbimbing dilakukan dengan prosedur pengenalan pola spektral dengan memilih kelompok atau kelas-kelas informasi yang diinginkan dan selanjutnya memilih contoh-contoh kelas (training area) yang mewakili setiap kelompok, kemudian dilakukan perhitungan statistik terhadap contoh-contoh kelas yang digunakan sebagai dasar klasifikasi.

SUPERVISED
Klasifikasi terawasi didasarkan pada ide bahwa pengguna (user) dapat memilih sampel pixel – pixel dalam suatu citra yang merepresentasikan kelas-kelas khusus dan kemudian mengarahkan perangkat lunak pengolahan citra (image processing software) untuk menggunakan pilihan-pilihan tersebut sebagai dasar referensi untuk pengelompokkan pixel-pixel lainnya dalam citra tersebut. 

Dibawah ini adalah contoh dari hasil klasifikasi supervised yang telah di lakukan dengan menggunaan citra satelit landsat Arcamanik, Bandung.

Sumber: Hasil Klasifikasi, 2012

Sumber: Hasil Klasifikasi, 2012

UNSUPERVISED
Sedangkan klasifikasi tak terawasi (unsupervised classifications) merupakan pengklasifikasian hasil akhirnya (pengelompkkan pixel-pixel dengan karakteristik umum) didasarkan pada analisis perangkat lunak (software anaysis) suatu citra tanpa pengguna menyediakan contoh-contoh kelas-kelas terlebih dahulu.
Dibawah ini adalah contoh dari hasil klasifikasi unsupervised yang telah di lakukan dengan menggunaan citra satelit landsat Arcamanik, Bandung.
Sumber: Hasil Klasifikasi, 2012
Sumber: Hasil Klasifikasi, 2012


Klasifikasi unsupervised digunakan ketika kita hanya mempunyai sedikit informasi tentang dataset kita. Pada klasifikasi tidak terbimbing, pengklasifikasian dimulai dengan pemeriksaan seluruh pixel dan membagi kedalam kelas-kelas berdasarkan pada pengelompokkan nilai-nilai citra seperti apa adanya. Prosedur umumnya mengasumsikan bahwa citra dari area geografis tertentu adalah di kumpulkan pada multiregion dari spektrum elektromagnetik. Dengan menggunakan metode ini, program klasifikasi mencari pengelompokan secara natural atau clustering berdasarkan sifat spektral dari setiap pixel.


Dibawah ini merupakan hasil perhitungan yang dilakukan untuk membandingkan hasil dari klasifikasi unsupervised dengan klasifikasi supervised. 
PERBEDAAN LUAS LAHAN
Keterangan
UNSUPERVISED
SUPERVISED
PERBEDAAN
Luas (m²)
Luas (Ha)
Luas (Km²)
Luas (Ha)
Luas (Km²)
Luas (m²)
Luas (Ha)
Luas (Km²)
Permukiman
19736003,225
1973,600
19,736
1059697,309
105,970
1,060
18676305,915
1867,631
18,676
Jalan
11056604,068
1105,660
11,057
24851,088
2,485
0,025
11031752,980
1103,175
11,032
RTH
38021252,175
3802,125
38,021
30256559,918
3025,656
30,257
7764692,257
776,469
7,765
Industri
6551240,533
655,124
6,551
44023991,685
4402,399
44,024
-37472751,152
-3747,275
-37,473
Sumber: Hasil Perhitungan, 2012
 Sumber
 Klasifikasi Citra(2009).http://rahmiariani.blogspot.com/2009/04/klasifikasi-citra.html. Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2012
Klasifikasi Citra(2009). http://blog.uad.ac.id/murintokusno/2009/01/19/difference-unsupervised-dan-supervised-image-clustering/. Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2012

Jumat, 04 Mei 2012

Resume Praktikum PCD Pertemuan 2

Koreksi Geometrik adalah  proses melakukan transformasi data citra dari satu sistem grid menggunakan suatu metode transformasi geometrik. Salah satu tujuan Dari Koreksi Geometrik adalah memperbaiki suatu citra agar sesuai dengan koordinat geografi yang ada.
Sumber Kesalahan yang menyebabkan citra memerlukan koreksi geometrik adalah:

1. Pembelokan arah penyinaran
Distorsi paniramik terjadi saat cermin scan melakukan scanning. Besarnya sudut pengamatan satelit pada proses scanning mengakibatkan perubahan luas cakupan objek. Distorsi panoramik ini sangat besar pengaruhnya terhadap sensor satelit yang mempunyai resolusi rendah seperti satelit NOAA dan GMS). Sedangkan untuk satelit yang mempunyai resolusi tinggi seperti Lansat dan Spot bebeas dari distorsi ini.
2. Abrasi sub-sistem optik
Terjadi karena kemiringan cermin penyiaman, sehingga cakupan tidak tegak lurus. sehingga mengakibatkan perumahan skala ke arah ordinat dan cakupan berbentuk agak miring. Seperti contoh gambar di bawah. 

3. Sistem penyiaman tidak linier
Hal tersebut terjadi karena kecepatan cermin berubah mengakibatkan pergeseran lokasi setiap pixel.

Selain itu ada pula kesalahan yang terjadi akibat perubahan ketinggian san kecepatan satelit. Karena apabila satelit bergerak dengan kecepatan yang menyimpang dari kecepatan normal, maka daerah cakupan mengalami perubahan luas, yang mengakibatkan perubahan skala pada arah orbit sehingga cakupan citra berbentuk empat persegi panjang lebih lebar atau lebih sempit. ketinggian pula dapat mempengaruhi hasil citra, karena ketinggian orbit satelit yang tidak konstan mengakibatkan terjadi perubahan skala pada arah penyiaman sehingga cakupan berbentuk trapesium. seperti beberapa contoh gambar dibawah ini. 


Perubahan Ketinggian
Perubahan Kecepatan Satelit

Roll
Pitch
Yaw



SUMBER
Koreksi Geometrik (2012http://staff.ui.ac.id/internal/131472300/material/KOREKSI GEOMETRIK.pdf. Diakses Pada Tangal 5 Mei 2012




Kamis, 26 April 2012

Resume Praktikum PCD Pertemuan 1



Citra Satelit adalah hasil pemotretan dari luar angkasa (satelit), bisa berupa foto biasa maupun foto inframerah (berdasarkan panas). Tentu saja ini dilakukan dari satelit. Keuntungannya adalah gambar lebih lengkap cakupannya, namun bisa terganggu cuaca setempat, seperti hujan, awan, asap dan lain-lain.


Foto Udara adalah hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian, namun masih dalam lingkup ruang atmosfer. Misalnya pemotretan dari balon udara, helikopter, dan pesawat terbang. Keuntungannya disini adalah gambar lebih jelas dan detail, namun untuk daerah yang luas diperlukan banyak gambar yang disambung-sambung.




PENGINDERAAN JAUH 
Penginderaan jauh adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit. Di masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan penginderaan lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrametri. Walaupun semua hal yang berhubungan dengan astronomisebenarnya adalah penerapan dari penginderaan jauh (faktanya merupakan penginderaan jauh yang intensif), istilah "penginderaan jauh" umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial dan pengamatan cuaca.

Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :
§  Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari
§  Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang mikro

Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1.      Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus (siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima objek, makin cerah warna obyek tersebut.
2.      Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas.
3.      Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.
4.      Atmosfer
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen, hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan bumi.



RESOLUSI
Resolusi gambar mendeskripsikan tentang banyaknya detail gambar yang tersimpan. Resolusi gambar bisa juga digunakan untuk mendefinisikan tentang gambar digital, video, maupun yang lainnya. Resolusi gambar dapat diukur dengan berbagai macam cara. Pada dasarnya, resolusi mengukur seberapa dekatnya suatu garis dapat dibedakan dengan yang lainnya.
Resolusi sering digunakan sebagai jumlah pixel dalam pencitraan gambar digital, walaupun standard Amerika, Jepang, serta internasional jelas melarang penggunaan hal ini, setidaknya untuk bidang kamera digital. Sebuah gambar dengan tinggi sejumlah N pixel dan lebar M pixel, dapat memiliki resolusi garis yang kurang dari itu. Namun, jika jumlah pixel digunakan sebagai pengukur resolusi, metode yang digunakan adalah mengambil dua buah bilangan bulat yang menunjukkan berapa pixel tinggi gambar tersebut dan berapa pixel lebarnya, kemudian mengalikan angka ini, dan membaginya dengan satu juta untuk mendapatkan angka megapixel
Dibawah ini adalah ilustrasi untuk menjelaskan bagaimana jumlah pixel memengaruhi kualitas gambar dengan ukuran yang sama.

Resolution illustration.png

SUMBER
Resolusi gambar (2012) http://id.wikipedia.org/wiki/Resolusi_gambar. Diakses Pada Tanggal 27 April 2012
Pengindraan Jauh (2012) http://id.wikipedia.org/wiki/Penginderaan_jauh. Diakses Pada Tanggal 27 April 2012
Foto Udara (2012) http://taruna-nusantara-mgl.sch.id/id3/foto-udara-sma-tn/ . Diakses Pada Tanggal 27 April 2012
Citra Satelit  (2012) http://edukasi.kompasiana.com/2010/08/09/bagaimanakah-peta-dibuat/. Diakses Pada Tanggal 27 April 2012

Senin, 23 April 2012

MANFAAT DARI KOMPOSE BAND


     Sebagaimana kita ketahui, mata kita secara alami hanya dapat mendeteksi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 0,4 sampai dengan 0,7 mikrometer, selanjutnya dikenal sebagai sinar tampak. Pada selang panjang gelombang inilah konsep warna kita gunakan untuk mengasosiasikan objek yang diamati oleh mata kita. Panjang gelombang ini terdiri dari tiga 3 warna dasar; merah (R), hijau (G), dan biru (B). Penampakan warna lain merupakan komposit dari warna dasar tersebut. Dengan kata lain mata normal kita hanya bisa mendeteksi objek melalui asosiasi warna yang ditangkapnya.

     Selanjutnya untuk kepentingan observasi, remote sensing digunakan karena teknologi ini mampu mendeteksi gelombang elektromagnetik dengan selang yang lebih lebar dari kemampuan normal mata manusia, dimulai dari sinar X sampai dengan far-infrared (0,02-1000 mikrometer). Itu kemudian menjadi alasan teknologi ini memiliki kemampuan deteksi yang jauh lebih baik dari mata normalkita. Namun, supaya dapat dibaca oleh mata kita, remote sensing harus dapat mengasosiasikan hasil deteksi tersebut kedalam komposit warna. Itulah yang kemudian mendasari teknologi ini menggunakan konsep kanal warna RGB untuk mengasosiasikan hasil deteksi band kedalam komposit warna yang bisa dibaca dan diinterpretasi manusia.

Penerapan konsep multispektral 

Konsep ini man untuk menggunakan beberapa alternative penggunaan beberapa band secara bersamaan. Kegunaannya adalah untuk memudahkan interpretasi dengan mempertimbangkan kelebihan masing masing penerapan komposit band tersebut.

  1. Pada citra dengan komposit band 543, dapat dengan mudah dibedakan antara obyek vegetasi dengan non vegetasi, obyek bervegetasi dipresentasikan dengan warna hijau, tana kering dengan warna merah, komposist ini paling popular untuk penerapan di bidang kehutanan (Departemen kehutanan)

  2. Citra dengan komposit band 432, mempunyai kelebihan untuk membedakan obyek kelurusan seperti jalan dan kawasan perkotaan. Jaringan jalan dipresentasikan dengan warna putih.

  3. Citra dengan komposit band 543, mempunyai kelebihan mudah untuk membedakan obyek yang mempunyai kandungan air atau kelembapan tinggi. Obyek dengan tingkat kelembapan atau kandungan air tinggi akan dipresentasikan dengan rona yang lebih gelap secara kontras. Contoh obyek tambak akan tampak berwarna biru kehitaman dengan bentuk kotak teratur., komposit ini membantu dalam pembedaan hutan rawa dengan hutan lahan kering, sawah dengan padi tua ataupun sawah dengan awal penanaman.

    Komposit band 3,2,1 merupakan true color compositeatau warna sebenarnya yang ada di permukaan bumi (natural color) sedangkan komposit band 4,5,3 merupakan false color compositeatau warna yang bukan sebenarnya yang ada di permukaan bumi.

    Vegetasi (Objek Area)
            Pada komposit band 3,2,1 tutupan vegetasi ditunjukan dengan warna hijau atau bisa dikatakan sesuai dengan warna yang tampak jika dilihat dengan mata sedangkan pada komposit band 4,5,3 tutupan vegetasi dtandai dengan warna jingga.
              Sebuah citra true color adalah citra dimana warna yang diberikan kepada nilai-nilai DN mewakili kisaran spektral sebenarnya dari warna-warna yang digunakan pada citra. Pada contoh dari true color di bawah ini yang dibuat dengan komposit 542. 
             False color adalah teknik dimana warna-warna yang diberikan kepada DN tidak sama dengan kisaran spektral dari warna-warna yang dipilih. Teknik ini memungkinkan kita untuk memberi penekanan pada bentuk-bentuk tertentu yang ingin kita pelajari menggunakan skema pewarnaan tertentu. Pada contoh dari false color di bawah ini yang dibuat dengan komposit 432 dari citra Landsat 7, vegetasi muda, yang memantulkan near IR, terlihat merah terang. Kegiatan pertanian yang terkonsentrasi akan mudah dideteksi dengan adanya warna merah terang.



    Lahan Terbangun (Objek Area)
    Pada komposit band 4,5,3 lahan terbangun ditandai dengan warna biru mudah dengan rona cerah. Kelebihan dari kompositband 4,5,3 untuk interpetasi lahan terbangun adalah dari ronanya. Semakin cerah rona dari warna biru maka lahan terbangun yang ada semakin padat, sedangkan semakin gelap rona dari warna biru maka lahan terbangun yang ada semakin jarang.


    Contoh komposit band 4,5,3

    Jalan (objek garis)
    Pada komposit band 3,2,1 kenampakan objek garis berupa jalan tidak dapat dilihat dan diindentifikasi. Objek jalan yang tampak pada komposit band 3,2,1 telihat tersamarkan oleh objek area berupa lahan terbangun jadi tidak dapat dibedakan satu sama lainnya.



    Contoh komposit band 3,2,1

    Perbedaan secara Sistematis

    Komposit Band 3,2,1
    Komposit Band 4,5,3
    Objek Vegetasi (area)
    Sesuai warna yang ada di lapangan (hijau)
    Jingga
    Objek Lahan Terbangun (area)
    Sesuai warna yang ada di lapangan (coklat untuk genting)
    Warna biru; semakin padat lahan terbangun di suatu daerah rona yang terbentuk semakin cerah dan sebaliknya
    Objek Jalan (area)
    Tidak dapat dibedakan/tersamarkan dengan objek lahan terbangun
    Dapat dibedakan dengan objek lahan terbangun